FILSAFAT BAHASA
A.
Pengertian
1.
Filasafat
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam
makna dan nilai-nilainya. Filsafat berusaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang sal mula dan sifat dasar alam semesta tempat
manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Filsafat merupakan
pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia.
Secara etimologi filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu phylosophia.
Kata philosophia terdiri dari kata philein
yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan
demikian, secara etimologis filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan secara
mendalam. Dari sini terdapat ungkapan yang menyatakan bahwa filosof adalah
seorang yang sangat cinta akan kebijaksanaan secara mendalam. Dan kata filsafat
pertama kali digunakan oleh phytagoras (582-496 M).
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai
filsafat menurut para ahli yaitu :
a) Filsafat adalah pengetahuan yang berminat
mencapai pengetahuan kebenaran yang asli (Plato),
b) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politi k, dan estetika (Aristoteles),
c) Filsafat adalah ilmu yang selalu mencari
yang hakiki baik masalah ketuhanan, realita yang dialami baik dari subjek yaitu
manusia maupun dari objeknya yaitu alam.
2.
Bahasa
Menurut Gorys Keraf, Bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa
bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi.
Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau
pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang
telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau
tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila
dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi
yang lemah.
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh
lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan
media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan
simbol atau perlambang. Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi
bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat
suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang
tertentu pula.
Dengan uraian sebelumnya, filsafat bahasa
dapat disebut filsafat yang memberikan kejelasan
hubungan antara berpikir dan bicara, antara fungsi ekspresi dan representatif
bahasa, menjelaskan kondisi-kondisi psikofisik dari ucapan, peranan individu
dan komunitas dalam pekembangan suatu bahasa.
B.
Hubungan Bahasa dengan Filsafat
Dalam filsafat, memikirkan sesuatu dalam benak tanpa dalam objek yang sedang
kita pikirkan, membuat manusia berpikir terus menerus dan teratur, mengkomunikasikan
apa yang sedang dia pikirkan. Manusia dapat berpikir dengan baik karena ada
bahasa. Simbol bahasa yang bersifat abstrak memungkinkan manusia untuk memikirkan
sesuatu secara berlanjut, bahasa adalah sarana komunikasi. Buah pikiran,
perasaan dan sikap, mempunyai fungsi simbolik (komunikasi bahasa ilmiah),
emotif (komunikasi estetik), dan ojektif. Bahasa merupakan serangkaian bunyi
dan lambang dimana rangkaian bunyi itu membentuk suatu arti tertentu atau
rangkaian bunyi-bunyi kata.
Fungsi bahasa secara umum dapat dibagi menjadi 4
bagian yaitu:
1.
Alat komunikasi
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan,
tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi ilmiah,
komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi
budaya.
2.
Alat mengekspresikan diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat
yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang
sangat tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan
senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan
siang).
3.
Alat berintegrasi dan beradaptasi sosial
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama
dalam suatu ikatan. Misalnya : integritas kerja dalam sebuah institusi,
integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas keluarga, integritas
kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
4.
Alat kontrol sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk
mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling
memahami. Masing-masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol-simbol lain yang
menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan dalam bentuk :
aturan, anggaran dasar, undang- undang dan lain-lain.
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa di antara fungsi bahasa ialah
sebagai alat untuk mengkomunikasikan suatu gagasan kepada orang lain. Setiap
gagasan yang dihasilkan seseorang tidak akan diketahui oleh khalayak manakalah
tidak dikomunikasikan melalui bahasa.
Bahasa tidak saja sebagai alat komunikasi
untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia, tetapi jangan lupa, bahasa pun
mampu mengubah seluruh kehidupan manusia. Artinya, bahwa bahasa merupakan aspek
terpenting dari kehidupan manusia. Sekelompok manusia atau bangsa yang hidup
dalam kurun waktu tertentu tidak akan bias bertahan jika dalam bangsa teresbut
tidak ada bahasa.
Siapapun orang akan senantiasa melakukan
relasi yang erat dengan bahasa. Seorang filosofi, misalnya, ia akan senantiasa
bergantung kepada bahasa. Fakta telah menunjukkan bahwa ungkapan pikiran dan
hasil-hasil perenungan filosofis seseorang tidak dapat dilakukan dan
ditunjukkan tanpa bahasa. Bagaimanapun alat paling utama dari filsafat adalah
bahasa. Tanpa bahasa, seorang ahli filsafat tidak mungkin bisa mengungkapkan
perenungan kefilsafatannya kepada orang lain tanpa bantuan bahasa, seseorang
tidak akan mengerti tentang hasil pikiran kefilsafatan.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa
bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau relasi yang sangat erat, dan
sekaligus merupakan hukum sebab dan akibat yang tidak dapat ditolak
kehadirannya.
Sebab itulah seorang ahli filsafat, baik
secara langsung maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat
akrabnya yang tidak akan terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi bagaimanapun.
Bahkan akhir-akhir ini “bahasa” telah dijadikan sebagai objek yang sangat
menarik bagi perenungan, pembahasan dan penelitian dunia filsafat. Hal ini
selain bahasa memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek penelitian
filsafat, ia juga memiliki kelemahan-kelemahan tertentu sehubungan dengan
fungsi dan perannya yang begitu luas dan kompleks. Salah satu kelemahannya
yaitu tidak mengetahui dirinya secara tuntas dan sempurna, sebagaimana mata
tidak dapat melihat dirinya sendiri. Sebagaimana dijelaskan bahwa filsafat
bahasa bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakikat bahasa, sebab, asal, dan hukumnya. Hubungan bahasa dengan filsafat
telah lama menjadi perhatian para filsuf bahkan sejak zaman Yunani. Para filsuf
mengetahui bahwa berbagai macam problem filsafat dapat dijelaskan melalui suatu
analisis bahasa.
C.
Fungsi Filsafat terhadap Bahasa
Sama kita ketahui bahwa kerja filsafat adalah
dimulai dari suatu peranyataan kritis tantang sesuatu realitas yang tidak hanya
mempertanyakan tentang dunia yang konkrit, tetapi juga sebagian realitas yang
oleh sebagian orang dianggap tabu untuk dipertanyakan. Bagi filsafat seluruh
realitas adalah layak untuk dipertanyakan, dalam filsafat pertanyaan itu
bukanlah sekedar bertanya, tapi diharapkan berupa pertanyaan yang kritis
tentang apa saja.
Hubungan fungsional antara bahasa dan
filsafat. Daiantaranya adalah sebagai berikut :
1. Filsafat, dalam arti analisis filsafat
merupakan salah satu metode yang digunakan oleh para filosof dan ahli filsafat
dalam memecahkan , seperti mengenai apakah hakikat bahasa itu, atau pernyataan
dan ungkapan bahasa yang bagaimana yang dapat dikategorikan ungkapan bahasa
bermakna dan tidak bermakna.
2. Filsafat, dalam arti pandangan atau aliran
tertentu terhadap suatu realitas, misalnya filsafat idealism, rasionalisme,
realism, filsafat analitif, Neo-Posotovisme, strukturalisme, posmodernisme, dan
sebagainya, akan mewarnai pula pandangan para ahli bahasa dalam mengembangkan
teori-teorinya.
3. Filsafat, juga berfungsi memberi arah agar
teori kebahasaan yang telah dikembangkan para ahli ilmu bahasa, yang
berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, memiliki relevansi
dan realitas kehidupan umat manusia. Termasuk juga filsafat bahasa, mempunyai
fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori
kebahasan menjadi ilmu bahasa atau ilmu sastra. Suatu teori kebahasaan yang
dikembangkan oleh suatu aliran filsafat tertentu, akan menghasilkan format
aliran ilmu bahasa tertentu pula. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu kebahasaan secara berkelanjutan.
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa
filsafat memiliki fungsi yang sangat luas dan berharga bagi pengembangan ilmu
bahasa maupun bahasa itu sendiri. Fakta sejarah menginformasikan kepada kita
bahwa teradapat hubungan yang erat antara bahasa dan filsafat. Diberitakan pula
bahwa ajaran dan metode tertentu dari suatu aliran filsafat telah memberikan
sumbangan yang sangat besar terhadap perkembangan bahasa.
D.
Peranan Filsafat Bahasa dalam Bahasa
Peranan filsafat bahasa itu sangat penting pada
pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa itu adalah pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakekat bahasa, sebab, asal, dan
hukumnya. Jadi pengetahuan dan penyelidikan itu terfokus kepada hakekat bahasa,
juga sudah termasuk perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan filsafat
analitika bahasa meliputi tiga aliran yang pokok yaitu atomisme logis,
positivisme logis, dan filsafat bahasa biasa. Aliran filsafat bahasa biasa
inilah yang memiliki bentuk yang paling kuat bilamana dibandingkan dengan
aliran yang lain, dan memiliki pengaruh yang sangat luas, baik di Inggris,
Jerman dan Perancis maupun di Amerika. Aliran ini dipelopori oleh Wittgenstein.
Aliran filsafat bahasa biasa juga mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain :
1.
Kekaburan makna
2.
Bergantung pada konteks
3.
Penuh dengan emosi
4.
Menyesatkan
Untuk mengatasi kelemahan dan demi kejelasan kebenaran
konsep-konsep filosofis maka perlu dilakukan suatu pembaharuan bahasa, yaitu
perlu diwujudkan suatu bahasa yang sarat dengan logika sehingga
ungkapan-ungkapan bahasa dalam filsafat kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan. Kelompok filsuf ini adalah Bertrand Russell.
Menurut kelompok filsuf ini tugas filsafat yaitu
membangun dan mengembangkan bahasa yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan
yang terdapat dalam bahasa sehari-hari ini.
Dengan suatu kerangka bahasa yang sedemikian itu kita
dapat memahami dan mengerti tentang hakikat fakta-fakta atau
kenyataan-kenyataan dasar tentang struktur metafisis dan realitas kenyataan
dunia yang menjadi perhatian yang terpenting adalah usaha untuk membangun dan
memperbaharui bahasa itu membuktikan bahwa perhatian filsafat itu memang
berkenaan dengan konsepsi umum tentang bahasa serta makna yang terkandung di
dalamnya. Sebagai suatu bidang filsafat khusus, filsafat bahasa mempunyai
kekhususannya, yaitu masalah yang dibahas berkenaan dengan bahasa. Jadi peranan
filsafat bahasa jelas sangat penting, atau berpengaruh terhadap pengembangan
ilmu bahasa. Namun berbeda dengan ilmu bahasa atau lingkungan yang membahas
ucapan tata bahasa, dan kosa kata, filsafat bahasa lebih berkenaan dengan arti
kata atau arti bahasa.
Masalah pokok yang dibahas dalam filsafat bahasa lebih
berkenaan dengan bagaimana suatu ungkapan bahasa itu mempunyai arti, sehingga
analisa filsafat tidak lagi dimengerti atau tidak lagi dianggap harus
didasarkan pada logika teknis, baik logika formal maupun matematik, tetapi
berfilsafat didasarkan pada penggunaan bahasa biasa, oleh karena itu
mempelajari bahasa biasa menjadi syarat mutlak bila ingin membicarakan
masalah-masalah filsafat, karena bahasa merupakan alat dasar dan utama untuk
berfilsafat.
Di dalam pengembangan bahasa banyak ditemui kata-kata yang bersinonim, ini
membuktikan bahwa bahasa itu berkembang sehingga banyak kata yang bersinonim. Begitu
juga akibat perkembangan bahasa itu timbul kata-kata baru, yang singkat dan
tepat, dan mewakili kata-kata yang panjang, seperti kata rekayasa, dahulu kata
rekayasa tidak ditemukan, sekarang timbul untuk mewakili kata-kata yang panjang
yaitu penerapan kaidah-kaidah ilmu seperti perancangan, membangun, pembuatan
konstruksi. Selanjutnya kata monitor atau memantau dahulu kata monitor
(memantau) belum ada, sekarang timbul dan mewakili kata-kata yang panjang,
yaitu mengawasi, mengamati, mengontrol, mencek dengan cermat, terutama untuk
tujuan khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar